Pertengahan Februari yang lalu saya mengalami kemalangan di negara tetangga, Kamboja. Saya ke Phnom Penh untuk wisata. Pesawat Air Asia berangkat dari Jakarta, via Kuala Lumpur, dan tiba di Bandara Internasional Phnom Penh pukul 4 sore.
Dari Bandara menuju hotel saya naik tuk-tuk, transportasi umum di kota tersebut yang dikenal murah. Bentuknya seperti delman di Indonesia, tetapi tidak ditarik oleh kuda, melainkan oleh motor.
Kira-kira setengah jam perjalanan dari bandara, tiba-tiba motor mendekati tuk-tuk saya dari sebelah kiri dan penumpang motor mengambil tas di pangkuan saya. Saya kaget sekali dan berusaha memegang tali tas, namun lelaki bercelana jins di bagian belakang motor tersebut lebih sigap menarik tas saya. Dia tidak mengenakan helm dan sempat melemparkan senyuman senang kepada saya. Saya ingin sekali melompat pada saat itu, melompat untuk mengambil kembali tas saya. Motor tersebut mengebut kencang meninggalkan tuk-tuk saya.
Badan saya langsung lemas... semua barang kritikal ada di dalam tas tersebut. Dompet beserta uang, beberapa kartu bank, dan kartu identitas Indonesia (KTP). Telepon seluler... kunci apartemen... dan yang paling penting, paspor.
Untuk beberapa jam kemudian, saya merasakan hampa tanpa adanya barang-barang kritikal tersebut. Panik, bingung....
Begitulah kisah kecopetan atau penjambretannya. Berikut adalah hal-hal yang saya pelajari dari mengalami sendiri melakukan langkah demi langkah pasca kejadian malang tersebut dan hasil refleksi untuk bagaimana sebaiknya menyikapi kejadian tersebut di negeri asing.
1. Baca plat nomor motor pencuri. Saya tidak ingat sama sekali untuk melakukan hal ini. Padahal, mungkin informasi tersebut akan membantu aparat polisi lokal karena pencopetan oleh pengendara motor seperti itu ternyata sedang marak di Phnom Penh.
2. Segera aktifkan "find my Iphone" jika iPhone ada di dalam tas yang dicopet. Saya tidak melakukan hal ini karena tidak ada akses internet pada saat kejadian. Hal ini bisa membantu melihat arah gerak pencuri, sebelum iPhone dimatikan.
3. Laporkan ke kantor polisi terdekat. Saya melakukan ini, namun sangat kesulitan menjelaskan rincian kejadian karena tidak bisa berbahasa Khmer (bahasa lokal) dan polisi tidak bisa Bahasa Inggris. Awalnya saya meminta tolong supir tuk-tuk untuk membantu, tetapi dia pun kesulitan. Setelah cukup lama barulah saya teringat untuk pinjam telepon guna menghubungi hotel tempat saya menginap supaya mereka membantu menterjemahkan via telepon.
4. Telepon bank-bank terkait untuk melakukan pemblokiran kartu kredit dan kartu debit yang turut dicopet.
5. Segera lapor ke Kedutaan negara asal untuk mengurus dokumen perjalanan pengganti paspor (SPLP = Surat Perjalanan Laksana Paspor). Saya ke Kedutaan Indonesia*. Bentuk dokumen ini seperti buku paspor hijau, tetapi lebih sederhana, lebih tipis, data berupa tulisan tangan, ditempel pas foto, dan ada pengesahan dengan tanda tangan Konselor dari Kedutaan pemberi.
Keesokan hari setelah kecopetan, pagi-pagi jam 9 saya segera tiba di Kedutaan. Rasanya lega sekali bisa berbicara dalam bahasa Indonesia dan menjelaskan kemalangan saya. Saya mengisi formulir dan harus menempelkan pas foto ukuran 4x6. Akan lebih ringkas jika sebelum melapor ke Kedutaan, buat pas foto terlebih dahulu, daripada bolak-balik.
*Kedutaan Indonesia di Phnom Penh sangat membantu saya. Pak Iqwan, Pak Nelson (Konselor), dan Pak Chanta, terima kasih banyak. Mereka mendengarkan kisah kemalangan saya, ber-simpati, dan memproses dokumen-dokumen dengan sigap dan efisien. Kala itu saya sangat sedih dan stres karena belum pernah kecopetan sebelumnya, saya minta tolong supaya ditemani ke kantor imigrasi karena takut proses akan diperlambat. Kedutaan membantu mengantarkan untuk menterjemahkan Khmer-Bahasa Indonesia kala diperlukan dan juga menjelaskan kemalangan saya.
6. Ke kantor imigrasi untuk mendapatkan exit visa** pada dokumen perjalanan pengganti paspor. Prosedur ini mungkin berbeda di tiap negara. Untuk Kamboja, informasi yang saya terima adalah hal ini wajib untuk diperoleh supaya bisa lolos di imigrasi di bandara Phnom Penh.
**biaya-nya cukup mahal yakni US$ 40. Saya kecopetan seluruh uang dan kartu Bank saya. Untungnya, ada teman yang bisa saya hubungi untuk mendapatkan uang tersebut. Proses exit visa ini antara 1-3 hari. Tampaknya, wajah staf Kedutaan memungkinkan saya mendapatkan dalam 1 x 24 jam, syukurlah.
7. Jika langkah 3, 4, dan 5 di atas dapat selesai sebelum tanggal kepulangan, maka tidak perlu melakukan penundaan kepulangan ataupun pembelian tiket baru. Saya beruntung karena proses pengurusan paspor hilang dapat dilakukan di hari Kamis dan Jumat saat Kedutaan dan Kantor Imigrasi masih buka.
8. Setibanya di Indonesia/negara asal, segera sempatkan ke kantor polisi setempat untuk membuat berita acara kehilangan dalam bahasa Indonesia. Saya melakukan ini di Polda Metro Jaya. Buka 24 jam. Kala itu hari Minggu jam 5 sore. Tidak ada antrean panjang dan saya dilayani dengan sangat baik dan penuh simpati. Tidak dipungut biaya.
9. Berikutnya, jika KTP turut hilang, segera datangi kantor kelurahan asal untuk membuat KTP baru. Dalam proses ini diperlukan surat kehilangan dari kantor polisi.
10. Lalu, sama pentingnya dengan KTP, segera kunjungi kantor Imigrasi terdekat untuk melaporkan kehilangan paspor dan membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang merupakan langkah resmi untuk kasus kehilangan paspor. Siapkan semua dokumen pendukung kehilangan (lihat website kantor imigrasi) dan juga rencana keberangkatan ke luar negeri berikutnya (tiket, booking hotel, surat undangan) jika ada. Tentunya, dokumen perjalanan pengganti paspor yang diberikan di Kedutaan Indonesia di Phnom Penh sangat berguna dalam kasus saya. Surat kehilangan dari kantor polisi juga wajib disampaikan. Penting untuk dipahami bahwa kehilangan paspor termasuk situasi yang melanggar aturan negara dan sebaiknya pelapor bersikap sopan dan menyesal dengan kehilangan tersebut pada saat membuat BAP.
Puji Tuhan, setelah 3 hari kerja, permohonan pembuatan paspor saya disetujui oleh kepala kantor imigrasi. Karena KTP saya turut hilang dan baru bisa selesai 2 minggu kemudian, saya diizinkan untuk memproses paspor baru dengan menunjukkan resi pembuatan KTP.
11. Kunjungi kantor cabang bank-bank terkait untuk melaporkan dan memproses pembaruan kartu-kartu debit yang hilang.
12. Ingat-ingat kartu-kartu apa lagi yang ada di tas yang dicopet. Lalu, urus kehilangannya di kantor-kantor terkait. Memang melelahkan, keluar masuk kantor demi kantor, antri sana sini. Namun, demikianlah konsekuensi kehilangan/kecopetan.
Beberapa tips yang akan saya terapkan untuk perjalanan berikutnya:
A. Pegang kuat-kuat barang bawaan, jauhkan dari kemungkinan dirampas orang ataupun kendaraan yang lewat.
B. Pisahkan beberapa barang kritikal, jangan ditaruh di dalam satu tas. Saya teringat ada tas pinggang yang bisa direkatkan ke badan, dibalik baju. Mungkin saya akan memasukkan paspor dan dokumen identitas lainnya di dalam tas tersebut untuk meminimalisasi kehilangan.
C. Saya cukup beruntung saat ke Phnom Penh saya membawa foto kopi paspor di dalam folder naskah-naskah bacaan saya. Foto kopi tersebut membantu proses pengurusan kehilangan saat di Kedutaan.
D. Simpan nomor-nomor telepon penting di buku catatan ataupun di sent items e-mail. Saya tidak melakukan hal ini dan alhasil saya tidak dapat menelepon atau SMS orang-orang terdekat saya karena handphone saya turut dicopet. Semua nomor-nomor penting itu disimpan di handphone.
Semoga catatan ini bisa bermanfaat untuk orang lain dan semoga perjalanan kita selanjutnya dihindarkan dari kemalangan semacam ini.