12 September 2010

Life = Choices

This afternoon I was very lucky to get some nice and right-on-time inspirations via skype call from my version of 'Indonesian-next-best-thing', Daniel Chrisendo. Indonesia needs more energetic and inspiring YOUTH like him, no doubt!!

We were discussing about my fear of reverse-culture-shock when I come back to Indonesia. He shared 2 brilliant 'food-for-thoughts':

1. I fear to be drowned in some 'stereotypes' or 'old habits'. He said: You can CHOOSE which settings (people, discussion topics, places, events, organizations, etc.) you want to be. Life is about making choices and realizing that you CAN make those choices.

2. I fear the peer-pressure on marriage. He said: Marriage is indeed a SERIOUS thing, thus it is REASONABLE to say that one needs more time and process than others to make such decision or even to start thinking about it. It is about committing oneself to be LOYAL or in a simplistic word, to STICK, with one person. Digest that... with ONE person, one out of countless number of people you MAY MEET in your life. Of course, one may argue that life can be short, but one can also use the average life expectation of .. say 60 years old, which make the calculation as follows: even if one gets marry at the age of 30, then he/she (still) needs to STICK with one person (the DEAR husband/wife) for 30 years (that's MORE than 11,000 days!!)... calculate it if you start in your younger years!!

After our talk, I spent some (worthwhile) times reflecting on our discussion and I came across my own writing about "Life = Choices". It was written in year 2006. I wrote that life is about making choices, that who we are today is the accumulation of the choices that we made in the past. I remember even one of my childhood story books is a practice of making choices. In one of the pages, it asks: "If you think Tina should wait for the school bus, go to page 8. If you think Tina should walk home by herself, go to page 12."

Here I copied what I wrote about Life = Choices (only in Indonesian language). I am now back in the process of searching myself and 'what-where-how' in this universe I want to function/take part. A confusing stage of life. This writing reminds me of a 'giant' inside me that I once have... it's a wonderful encounter, it slightly recharge my energy and self-confidence.















Mahasiswa Berprestasi IPB 2006

Mahasiswa berprestasi adalah suatu kompetisi yang berjenjang dari tingkat departemen sampai nasional. Kompetisi ini diselenggarakan untuk memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang mampu menyeimbangkan kemampuan intrakurikuler (akademis) dan ekstrakurikuler. Seleksi di tingkat IPB biasanya dimulai di bulan April setiap tahunnya. Saya berhasil menjadi mahasiswa berprestasi IPB 2006 dan meraih posisi ke-6 dari 15 finalis tingkat nasional. Saya adalah mahasiswa angkatan 39 di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Siapa kita sekarang adalah akumulasi dari pilihan-pilihan kita di masa lampau. Sejak awal, saya memilih untuk memperkaya diri dengan pengalaman-pengalaman ekstrakurikuler dan tidak ingin menjadi study oriented. Sejak SMA saya sudah menyukai kegiatan organisasi, kepemimpinan, dan Bahasa Inggris. Ketertarikan ini saya lanjutkan di perkuliahan. Saya yakin bahwa banyak hal yang unik dan bermanfaat di luar ruang kuliah dan laboratorium.

Saya ingin membuat hidup ini lebih berbumbu. Sama seperti makanan, perpaduan bahan utama dan bumbu-bumbu harus tepat agar nikmat. Kelebihan bumbu juga tidak enak, bahkan dapat jadi beracun. Teman-teman yang juga aktif berorganisasi harus pintar-pintar mengatur waktu supaya "bumbu"-nya tidak berlebihan sehingga mengalahkan "makanan utama." Saya juga menerapkan belajar Sistem Kebut Semalan (SKS) untuk ujian. Namun, saat di ruang kuliah saya berusaha menyerap pelajaran semaksimal mungkin. Salah satu caranya adalah dengan duduk di depan, sehingga lebih terhindar dari niat untuk ngobrol dan ngantuk.

Menurut saya, banyak mahasiswa lain yang juga berprestasi, tetapi tidak semuanya mau repot-repot mengurus segala keperluan untuk mengikuti kompetisi mahasiswa berprestasi. Sebenarnya tidak banyak banget, hal-hal yang perlu dipersiapkan sejak dini adalah:

1. Karya tulis. Dari tahun ke tahun topiknya sputar peningkatan kualitas sumber daya Indonesia menuju peningkatan daya saing bangsa. Boleh ditinjau dari bidang IPA atau IPS. Sebaiknya, sedari sekarang kita merenungkan apa yang bisa kita kontribusikan untuk Indonesia. Bagaimana ilmu yang kita pelajari atau sukai dapat memperbaiki masalah-masalah bangsa ini.
Indeks Prestasi yang lumayan (untuk membuktikan kemampuan akademis).
2. Kemampuan Bahasa Inggris lisan dan tulisan karena seleksinya meliputi tes IELTS dan wawancara.
3. Data kegiatan ekstrakurikuler (organisasi, kepanitiaan, sosial) dan prestasi yang telah diraih. Dari sekarang mulai dikumpulkan sertifikat2, surat keterangan, surat tugas, dari kegiatan2 yang kalian ikuti mulai dari tingkat lokal sampai internasioanl, karena semua itu menyumbangkan poin dalam penilaian hanya jika ada bukti tertulis (lagipula kan sekalian mendata untuk melamar pekerjaan atau membuat sejarah hidup perkuliahan kita).

Kehidupan ini sangat menarik. Menarik karena kemisteriusannya. Banyak kesempatan lewat di depan kita, asalkan kita mau peka terhadap perkembangan informasi. Sejak kita bangun tidur, kita mulai dihadapkan pada pilihan2. Bahkan untuk bangun dari tempat tidur juga merupakan pilihan. Pikirkan baik-baik sebelum kalian memilih, sebelum kalian memilih untuk tidak mencoba mengikuti pemilihan mahasiswa berprestasi IPB 2007. Siapa tahu kalian akan menulis topik ini tahun depan. Selamat Memilih!

"He who has a why believe for can live with any how."

Steisi (mileivas@yahoo.com)

No comments: